Ini
hanyalah hayalan jika saya hidup pada zaman penjelajahan samudra. Semoga kalian
semua dapat menikmatinya.
Saat
kisah ini dipublikasikan itu berarti diriku sudah tidak ada. Mungkin kisahku ini
disajikan dalam buku sejarah. Kisahku berlangsung puluhan tahun lalu, ini
adalah kisahku yang menjelajahi samudera dan akhirnya dapat tiba di bumi
Nusantara.
Mari kita
mulai kisahku. Aku terlahir di kota Amsterdam dengan nama “ Louis van Dijk “, dari
keluarga yang sudah terkenal akan keberaniannya menjelajahi lautan. Aku besar di
lingkungan para pelaut karena ayahku seorang panglima angkatan laut Belanda.
Dan ketika dewasa cita-citaku dapat tercapai, yaitu menjadi seorang panglima
angkatan laut yang memiliki armada terbaik di Negeri Belanda ini.
Pada
tahun 1899, Aku diperintahkan oleh Ratu Wihelmina untuk menemukan dan menguasai
sumber rempah-rempah. Aku pun berangkat dengan seluruh armada terbaik di negeri
ini mungkin terdengar seperti akan menjajah, ya itu memang benar. Aku ditugaskan
untuk menguasai namun, Aku tak ingin seperti Cornelis de Houtman, yang harus
diusir dari tanah Banten karena dia bersikap kasar. Aku tak ingin hal itu
terjadi padaku. Oleh karena itu, meskipun Aku membawa semua armada terbaik di
Negeri Belanda, Aku tak akan datang sebagai penjajah. Melainkan sebagai seorang
pedagang yang ingin menetap disana.
Enam
bulan telah berlalu, akhirnya Aku sampai di Bumi Nusantara yaitu Banten. Diriku
langsung terpana akan keindahan bumi nusantara ini, selain rakyatnya yang
sangat ramah dan bersahabat dan SDA yang berlimpah. Aku terpana oleh keindahan
alam yang Tuhan berikan kepada negeri ini. Namun, diriku kembali teringat akan
tugas yang diberikan Ratu Wihelmina. Aku mulai berdagang dan berinteraksi
dengan warga sekitar. Dan aku pun menetap disana. Setelah beberapa lama dan aku
sudah memiliki banyak kenalan maka aku pun mulai tugasku, yaitu menguasai Nusantara.
Aku mengadu domba kerajaan-kerajaan. Sampai tersisa hanya satu kerajaan. Yaitu kerajaan
yang aku berikan bantuan militer dengan memberikan armada dan pasukan terbaik
dari negeriku. Barulah ketika tersisa satu kerajaan, aku menghianatinya. Aku menggulingkan
kekuasaan raja. Kemudian aku pun memerintah Tanah Jawa. Aku pun mengabarkan
kabar bagus ini kepada Ratu Wihelmina. Aku memerintah dengan sangat adil,
karena aku tidak ingin adanya pemberontakan besar terjadi. Karena, ketika satu
suku memberontak biasanya suku lain akan terpengaruh dan pemberontakan pun akan
semakin besar. Aku tidak memberikan pajak yang tinggi, tidak memberlakukan
tanam paksa, dan kerja paksa. Sehingga banyak rakyat Tanah Jawa menyukaiku dan
tidak ada yang memberontak.
Dua
tahun kemudian, Aku memulai ekspansi daerah kekuasaanku. Aku mulai menjelajahi Sumatra
dan Bali. Seperti di Jawa Aku memerintah dengan adil dan bijaksana pula di
tanah ini. Selain menjalankan tugas yang diberikan Ratu Wihelmina dan mencari
kekayaan, aku pun menjalankan tugas lainnya. Yaitu menyebarkan Agama Nasrani di
Nusantara. Awalnya Aku sangat gencar menyebarkan Agama Nasrani, namun sejak
saat itu banyak pemberontakan terjadi. Ketika kata “ Jihad “ telah berkumandang,
tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan dan banyak pengorbanan yang harus
dikorbankan. Maka aku pun mulai mengurangi penyebaran agamaku ini.
Satu
tahun berselang, Aku menemukan Maluku dan berhasil ku kuasai. Aku yang sudah
terpana ketika melihat Tanah Jawa, kembali terpana dan terpaku ketika
mengetahui bahwa Tanah Maluku ini adalah tempat pusat dimana rempah-rempah
berada. Aku dibutakan oleh keserakahan. Aku menjadi lebih menyukai, berada di
Tanah Maluku. Aku mengabaikan semua daerah kekuasaanku yang telah aku usahakan
bertahun-tahun. Aku hanya mempercayakannya kepada orang kepercayaanku. Kemudian
satu persatu pulau kecil lepas dari genggaman kekuasaanku. Kerajaan-kerajaan
mulai tebentuk kembali. Aku dikhianati oleh orang - orang kepercayaanku.
Sumatera dan Bali lepas dari genggamanku. Namun, semua yang terjadi tidak menyadarkanku.
Aku pun mulai melupakan tugas menyebarkan agama dan melaksakan perintah Ratu
Wihelmina. Aku hanyalah memperkaya diriku sendiri. Aku sudah dibutakan oleh
keserakahan, mengingikan kekayaan yang sangat banyak,karena saat itu
rempah-rempah lebih mahal harganya daripada emas.
Keserakahan
terus menjangkit. Yang awalnya Aku bersikap adil kepada rakyat berubah menjadi
menetapkan tanam paksa, kerja paksa, dan pajak tinggi. Sehingga banyak yang
tidak menyukaiku. Banyak pemberontakan terjadi dan pengkhianatan dari tentaraku
sendiri. Lalu, terjadilah pemberontakan besar yang dilakukan oleh rakyat Maluku,
menggulingkan diriku dari penguasaan terhadap Tanah Maluku. Tak lama setelah diriku
digulingkan, datang utusan Ratu Wihelmina untuk menjebloskan diriku ke penjara
karena diriku yang tidak melakasanakan titah ratu. Aku pun dijebloskan ke dalam
penjara bawah tanah di Amsterdam. Itulah akhir dari kisahku
Ketika
Nusantara sudah ditanganku. Kejayaan, kekayaan, dan kekuasaan sudah menjadi
milikku, kembali aku terbutakan oleh sifat alami manusia. Yaitu keserakahan. Mungkin
saja jika saat itu diriku tidak serakah. Mungkin saat ini aku sudah menjadi
penguasa Nusantara, dengan banyak pujian dan penghargaan. Mungkin aku akan
dikenang sebagai seorang pahlawan Belanda yang memberikan kekayaan dan kejayaan.
Namun, yang ada hanyalah aku akan dikenang sebagai orang yang terlalu serakah akan
kekayaan dan kejayaan yang berujung dengan membusuk di penjara bawah tanah
Amsterdam.
Komentar
Posting Komentar